
Di jalanan panas
Langkah-langkah kecilmu yang penuh peluh
Adalah penebus riangnya
Masa kanakmu yang terampas.
Gurumu, adalah getirnya
Kehidupan kota, dimana hidupmu
Jadi pertaruhan.
Harapanmu akan esok hari
Terhisab dari jumlah dencing receh
Yang mampir ke saku lusuhmu:
Makan, atau tak bisa makan.
Matahari, angin, kota
Dan penghuninya
Begitu keras padamu.
Suatu hukuman
Tak kenal umur, tak kenal ampun.
Anak-anakku,
Kasih telah lama meninggalkanmu.
Apa yang dijanjikan masa depan untukmu?
Kalian, yang tersaput debu getir dan daki derita,
Berayah nasib, ber-ibu iba.
Kepadamu, akankah kita titipkan masa depan?
Oleh: Mia Imagina
duh jadi sedih bacanya Mba Mia 😦
semangaaaaaaaaat!
Mia sedang menyemangati kita semua dengan cara terbalik! 🙂
iya suri sayaang.. kita harus berusaha agar bisa menitipkan masa depan kepada mereka semua 🙂
*hugs
Dalam uraian kata yang melebur dalam sebuah asa
Mba Mia,….
Hmmm
sedih sekali saya membacanya,bener bener menyentuh hati